BULIMIA NERVOSA
MENURUNKAN SISTEM IMUNITAS TUBUH
ABSTRAK
Oleh : Ni Putu Ratih Purwani
Bulimia nervosa merupakan salah
satu jenis kelainan makan yang melanda hampir 1,5% wanita usia reproduktif.
Ciri penderita bulimia nervosa yaitu mengkonsumsi makanan dalam jumlah besar
secara berulang-ulang, diikuti dengan perilaku memuntahkan kembali makanannya,
melakukan olahraga yang berlebihan, menggunakan obat pencahar atau berpuasa
secara tidak wajar dengan tujuan untuk menurunkan berat badan dan menghilangkan
rasa bersalahnya karena telah mengkonsumsi banyak makanan.
Bulimia nervosa disebabkan oleh
berbagai faktor, yaitu faktor fisiologis, faktor psikologis, dan faktor
lingkungan. Faktor fisiologis berkaitan dengan fungsi perubahan biokimia dan
pengaturan hormon di otak, faktor psikologis berkaitan dengan identitas diri,
sedangkan faktor lingkungan berkaitan dengan pengaruh pergaulan atau karena
adanya tekanan dari luar dengan tujuan untuk mempertahankan bentuk tubuh agar
tetap ideal.
Salah satu efek buruk yang ditimbulkan akibat perilaku
bulimia nervosa adalah terjadinya penurunan fungsi imun tubuh yang dapat
mengakibatkan lemahnya daya tahan tubuh penderita bulimia. Penurunan fungsi
imun tubuh tersebut dapat dilihat dari nilai komponen imun seluler yang menurun
dan terjadinya gangguan fungsi sistem imun alami penderita. Pengukuran terhadap
sistem imun seluler dilihat dari nilai limfosit CD 2 dan CD 4 yang rendah.
Selain itu, nilai leukosit, limfosit, netrofil dan monosit penderita bulimia
juga lebih rendah 20% - 45% dibandingkan orang normal.
Melihat masalah tersebut
diperlukan penanganan yang tepat dalam rangka mencegah kebiasaan makan yang
salah ini. Diantaranya dengan memberi pengetahuan yang tepat kepada kelompok
sasaran pelaku bulimia serta memberi perhatian dan terapi secara psikologis.
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Bulimia nervosa didefinisikan sebagai kebiasaan
makan di mana penderitanya mengkonsumsi sejumlah makanan dalam jumlah sangat
besar, kemudian mengeluarkan kembali makanan yang telah dikonsumsi dengan cara
memuntahkan kembali atau dengan cara lainnya untuk mengurangi jumlah kalori
makanan yang telah masuk ke dalam tubuhnya.
Bulimia nervosa
melanda sekitar 1,5% wanita usia reproduktif. Dari 100.000 populasi, 13
wanita menderita bulimia nervosa per tahun. Dengan menggunakan kriteria
diagnosis yang lebih ketat, rata-rata prevalensi bulimia nervosa diperkirakan
sekitar 1000 per 100.000 (1%). Sedangkan pada kelompok pria, insiden bulimia
hanya terjadi 1/10 dari insiden pada kelompok wanita, yaitu sebesar 0,1%.1
Sebagian besar alasan melakukan bulimia nervosa yaitu untuk memuaskan
keinginan makan tanpa harus meningkatkan berat badan. Hal inilah yang
menyebabkan mengapa sebagian besar penderita bulimia nervosa adalah kaum
wanita.
Salah satu dampak yang ditimbulkan akibat perilaku
bulimia yaitu dapat mempengaruhi sistem imunitas tubuh.2,3 Sistem
imunitas merupakan gabungan sel, molekul, dan jaringan yang berperan dalam
resistensi terhadap infeksi.4 Sistem imun diperlukan tubuh untuk
mempertahankan keutuhannya terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan oleh berbagai
bahan dalam lingkungan hidup.4
Asupan makanan berperan penting terhadap sistem
imunitas tubuh, karena untuk membentuk sistem imunitas tubuh diperlukan
berbagai zat gizi. Asupan makan yang tidak optimal dapat menyebabkan
malnutrisi. Malnutrisi merupakan salah satu faktor penyebab dari menurunnya
imunitas tubuh seseorang.5 Pada penderita bulimia nervosa, makanan
yang telah masuk ke dalam tubuh akan dikeluarkan kembali sebelum sempat dicerna
dan diabsorpsi oleh tubuh. Akibatnya, tubuh tidak mendapatkan asupan zat gizi
sesuai dengan kebutuhannya sehingga mekanisme pembentukan dan pertahanan sistem
imunitas di dalam tubuh menjadi terganggu. Malnutrisi dapat mengganggu sistem
imunitas selular sejak tahap awal.5 Selain itu, dapat juga
mengganggu sistem imun humoral, sel fagosit dan sistem komplemen.6
Hal tersebutlah yang mendasari ditulisnya makalah
“Bulimia Nervosa Menurunkan Sistem Imunitas Tubuh”, di mana di dalamnya akan
membahas mengenai peranan zat gizi dalam pembentukan sistem imun tubuh,
kecukupan zat gizi dan keadaan status gizi penderita bulimia, serta pembahasan
mengenai mekanisme penurunan sistem imunitas yang terjadi pada penderita bulimia
nervosa.
B.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah tersebut, maka rumusan
masalah yang akan dibahas dalam makalah ini:
1.
bagaimana
peran zat gizi dalam pembentukan sistem imunitas tubuh?
2.
bagaimana
kecukupan zat gizi dan keadaan status gizi penderita bulimia nervosa?
3.
bagaimana
mekanisme penurunan sistem imunitas tubuh yang terjadi pada penderita bulimia
nervosa?
C.
Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan
penulisan makalah ini yaitu
1.
menjelaskan
peran zat gizi dalam pembentukan sistem imunitas tubuh;
2.
menjelaskan
kecukupan zat gizi dan keadaan status gizi penderita bulimia nervosa;
3.
menjelaskan
mekanisme penurunan sistem imunitas tubuh yang terjadi pada penderita bulimia
nervosa.
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Bulimia Nervosa
1.
Pengertian
Bulimia nervosa didefinisikan sebagai kebiasaan mengkonsumsi makanan dalam
jumlah banyak (binge) dan
mengeluarkan kembali makanan yang sudah dikonsumsi (purge). Bulimia diambil dari kata “bull” (ox) yang berarti
sapi jantan. Kata ini digunakan untuk menggambarkan kondisi yang sangat lapar
disertai nafsu makan yang sangat besar dan dalam jumlah banyak. Secara normal,
makanan yang telah masuk akan dicerna dan diabsorpsi oleh tubuh, namun pada
penderita bulimia nervosa, makanan tersebut akan dikeluarkan kembali dengan
sengaja untuk mengurangi jumlah kalori yang masuk.8
2.
Gejala dan Penyebab Bulimia
Nervosa
Sebagian besar penderita bulimia
nervosa adalah kelompok usia belasan akhir dan 20an awal.1 Bulimia
nervosa dapat ditemukan pada semua kelas sosial. Sangat jarang penderita
bulimia nervosa yang mengkonsumsi makanan dalam porsi normal. Ketika sedang
berada di tempat umum, penderita bulimia cenderung akan mengkonsumsi makanan
dalam jumlah sangat sedikit, namun ketika sedang berada dalam periode makan
banyak (binge episode), mereka dapat
mengasup makanan dalam jumlah besar mulai dari 1000 hingga 50.000 kkal.9
Jenis makanan yang dikonsumsi cenderung tinggi lemak dan karbohidrat, seperti
es krim, donat, cake, cookies, milkshake dan cokelat. Mereka mengkonsumsi makanan dengan tujuan
untuk memenuhi keinginan makan (memenuhi keinginan secara emosional saja),
tanpa mempertimbangkan nilai gizi makanan tersebut.
Beberapa hal yang menyebabkan
penderita bulimia nervosa mengkonsumsi makanan dalam jumlah banyak yaitu
kondisi depresi, stress, frustrasi,
kebosanan serta bisa juga disebabkan karena melihat makanan yang dapat
meningkatkan keinginannya untuk makan. Setelah mengkonsumsi makanan dalam
jumlah banyak, penderita bulimia cenderung akan merasa gelisah, depresi dan
merasa bersalah sehingga mereka akan melakukan berbagai cara untuk kembali
mengeluarkan makanan yang telah dikonsumsi dalam jumlah banyak tadi.8
Salah satu cara yang paling
sering digunakan yaitu dengan memuntahkan makanan yang telah dikonsumsi. Namun
tidak jarang juga ada yang menggunakan obat laxative dan diuretik.8
Beberapa penderita bulimia berusaha melakukan diet ketat selama beberapa hari
hingga beberapa minggu, di sela-sela kebiasaan makannya yang berlebih. Namun
ketika diet ketat gagal dilakukan, penderita bulimia ini cenderung akan kembali
mengkonsumsi makanan dalam jumlah banyak dan berlebihan.10
3.
Kriteria Diagnosis
Ada 3 kriteria yang bisa
digunakan untuk mendiagnosis bulimia nervosa menurut DSM IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental
Disorder), 1994 1,8:
a.
persentasi
frekuensi makan dalam jumlah besar serta ketidakmampuan penderita untuk
mengontrol kebiasaan makannya dalam jumlah banyak. Biasanya antara 1000-2000
kkal;
b.
frekuensi
perilaku yang dilakukan untuk mengontrol berat badan dan bentuk tubuh dengan
cara mengeluarkan makanan yang telah dikonsumsi, seperti penggunaan obat
laxative, diuretik atau dengan memuntahkan makanan. Minimal kebiasaan tersebut
dilakukan dua kali dalam seminggu selama 3 bulan;
c.
melihat
kebiasaan/perilaku yang dilakukan untuk mengontrol berat badan (selain dengan
mengeluarkan makanan) yaitu dengan melakukan aktivitas fisik/olahraga serta
berpuasa secara berlebihan.
Menurut DSM IV, terdapat 2 macam
bulimia yaitu purging bulimia dan non-purging bulimia. Purging bulimia ditandai dengan
penggunaan bahan kimia untuk mengosongkan lambung dan mengeluarkan makanan dari
dalam tubuhnya, seperti penggunaan obat laxative dan diuretik, sedangkan non-purging bulimia cenderung
menggunakan cara-cara alami seperti dengan berpuasa atau olahraga secara
berlebihan.8
4.
Pengaruh Bulimia Nervosa terhadap
Fisiologis Tubuh
Komplikasi fisiologis pada
penderita bulimia nervosa dapat mempengaruhi hampir di setiap sistem dalam
tubuh. Mulai dari masalah terkecil seperti luka pada jari tangan yang
disebabkan karena seringnya digunakan untuk merangsang memuntahkan makanan
hingga masalah besar yang bersifat sistemik seperti gangguan elektrolit dalam
tubuh akibat dari kebiasaan mengeluarkan makanan yang terus menerus.11
Kebiasaan mengonsumsi makanan
dengan porsi besar dalam waktu singkat
pada penderita bulimia dapat menyebabkan terjadinya pembesaran ukuran
lambung secara akut, yang dapat menimbulkan rasa tidak nyaman. Hal ini juga
akan mengakibatkan terjadinya inflamasi pada pankreas, luka pada daerah bagian
perut dan terjadi peregangan ukuran perut, serta peningkatan kecepatan detak
jantung karena pankreas harus bekerja ekstra keras untuk mencernakan makanan
dalam jumlah banyak sekaligus.12
Kebiasaan memuntahkan makanan
menyebabkan terjadinya luka dan pengikisan pada esophagus karena pengaruh asam
lambung, menyebabkan pengikisan lapisan gigi, memicu gangguan pada gusi dan
proses menelan karena akan berpengaruh terhadap produksi air liur (saliva).
Akibat lainnya yaitu dapat menyebabkan kehilangan cairan tubuh, dehidrasi dan
gangguan keseimbangan elektrolit. Penderita bulimia juga dapat merasakan haus
yang berlebihan disertai dengan penurunan jumlah pengeluaran urin dari dalam tubuh, hal ini akan menyebabkan
terjadinya pembengkakan (edema) karena adanya resistensi (penahanan) air di
dalam tubuh. Seringnya memuntahkan makanan juga dapat mengakibatkan kehilangan
ion natrium, kalium dan klor dari dalam tubuh yang dapat menimbulkan gangguan
jantung.13 Kematian yang disebabkan karena bulimia
nervosa diperkirakan sekitar 3%.14
Sering juga terdapat keluhan terjadi penurunan sensitivitas indera
pengecap, hal ini disebabkan karena seringnya reseptor pengecap terpapar oleh
asam lambung yang ikut keluar saat penderita bulimia memuntahkan makanannya,
sehingga fungsi kerjanya ikut menurun.15
Penggunaan laxative dalam waktu
lama dapat menyebabkan penurunan fungsi kolon. Selain itu, penggunaan
obat-obatan laxative dan diuretic juga dapat menyebabkan gangguan keseimbangan
cairan dalam tubuh, keseimbangan elektrolit, dehidrasi, malabsorpsi, kram pada
perut dan kram otot.11
B.
Sistem Imunitas
1.
Pengertian
Imunitas adalah adanya resistensi
terhadap penyakit, terutama penyakit infeksi. Sistem imun merupakan gabungan sel, molekul dan jaringan yang
berperan terhadap resistensi infeksi.
Sistem imun diperlukan tubuh untuk mempertahankan keutuhannya terhadap bahaya
yang dapat ditimbulkan berbagai bahan dalam lingkungan hidup.4
2.
Klasifikasi Sistem Imun
Secara umum, sistem imun terdiri
atas sistem imun alamiah (nonspesifik) dan sistem imun didapat (spesifik).
a.
Sistem Imun Nonspesifik
Sistem imun ini selalu ada pada
tubuh yang normal dan sehat, siap mencegah mikroba yang akan masuk ke dalam
tubuh dengan cepat. Disebut nonspesifik karena tidak ditujukan terhadap mikroba
tertentu, telah ada dan siap berfungsi sejak lahir. Tidak menunjukkan
kekhususan terhadap bahan asing tertentu dan mampu melindungi tubuh terhadap
banyak patogen potensial. Terdiri atas sistem pertahanan fisik, biokimia,
humoral, dan selular.
-
Sistem
pertahanan fisik : kulit, selaput lendir, silia (rambut getar), saluran nafas,
batuk dan bersin;
-
Sistem
pertahanan biokimia : pH asam dari keringat dan berbagai asam lemak yang
dilepas oleh kulit yang dapat mendenaturasikan protein mikroba, lisozim dalam
keringat, air ludah (saliva), air mata, ASI, asam lambung, pH yang rendah pada
vagina, spermin dalam sperma dan mukus kental;
-
Pertahanan
humoral : komplemen, interferon dan protein fase akut
-
Pertahanan
selular : fagosit, makrofag, sel natural
killer (NK) dan sel mast yang berperan dalam reaksi alergi
b.
Sistem Imun Spesifik
Sistem imun spesifik mempunyai kemampuan
mengenal benda yang dianggap asing. Disebut spesifik karena sistem imun ini
hanya dapat menyingkirkan benda asing yang sudah dikenal sebelumnya. Benda
asing yang pertama kali masuk ke dalam tubuh akan segera dikenali oleh sistem
imun spesifik sehingga terjadi sensitasi sel-sel sistem imun tersebut. Benda
asing yang sama, bila terpajan ulang akan dikenal lebih cepat, kemudian
dihancurkan. Sistem imun spesifik terbagi menjadi 2 bagian, yaitu sistem imun
spesifik humoral dan sistem imun spesifik selular.
1.
Sistem
imun spesifik humoral
Pemeran
utama dalam sistem imun spesifik humoral adalah limfosit B atau sel B. Bila sel
B dirangsang oleh benda asing, sel tersebut akan berproliferasi,
berdiferensiasi dan berkembang menjadi sel plasma yang memproduksi antibody.
Fungsi utama antibody ini adalah pertahanan terhadap infeksi infeksi
ekstraselular, virus dan bakteri serta menetralisir toksinnya.
2.
Sistem
imun spesifik selular
Limfosit
T atau sel T berperan pada sistem imun spesifik selular. Fungsi utama sistem
imun spesifik selular ialah untuk pertahanan terhadap bakteri yang hidup
intraselular, virus, jamur, parasit dan keganasan. Sel yang berperan pada
imunitas selular adalah sel CD4+ yang mengaktifkan sel Th1 agar
mengaktifkan makrofag untuk menghancurkan mikroba. Selain itu, terdapat pula
sel CD8+ yang berperan untuk memusnahkan sel terinfeksi.
BAB III
PEMBAHASAN MASALAH
a.
Peran Zat Gizi dalam Pembentukan
Sistem Imunitas Tubuh
Sistem imun berfungsi untuk melindungi tubuh dari
infeksi bakteri, virus, jamur dan parasit yang berasal dari lingkungan serta
berbagai zat berbahaya lainnya. Zat gizi memiliki peranan penting dalam
pembentukan sistem imun tubuh. Pada
orang yang mengalami masalah gizi kurang (undernutrisi), baik defisiensi zat
gizi makro, seperti defisiensi energi, maupun zat gizi mikro, terjadi penurunan
fungsi imun di dalam tubuhnya.
Malnutrisi disebabkan karena adanya defisiensi
berbagai zat gizi. Defisiensi salah satu zat gizi makro saja dapat berakibat
pada defisiensi zat gizi lainnya, seperti vitamin dan mineral. Beberapa vitamin
yang berperan dalam pembentukan sistem imun tubuh yaitu vitamin A, beta
karoten, asam folat, vitamin B6, vitamin B12, vitamin C,
vitamin E, vitamin B2, zat besi, seng dan selenium.16 Salah satu
komponen zat gizi yang terpenting dalam pembentukan sistem imun adalah lipid
(lemak). Asam lemak berperan dalam pembentukan limfosit dan sel-sel imun
lainnya. Kini, banyak terapi yang menggunakan berbagai jenis lemak makanan
sebagai terapi untuk mengatasi penyakit yang terkait dengan proses inflamasi,
seperti penyakit autoimun.17 Zat gizi yang mengandung antioksidan
berperan dalam menyeimbangkan oksidan di dalam sel-sel imun sehingga melindungi
sel dari stress oksidatif.18 Defisiensi energi dan protein juga
dapat menurunkan jumlah dan kemampuan kerja sel leukosit polymorfonuklear.19
b.
Kecukupan Zat Gizi dan Keadaan
Status Gizi Penderita Bulimia Nervosa
Kecukupan zat gizi
penderita bulimia nervosa jelas lebih rendah bila dibandingkan dengan keadaan
orang normal, hal ini disebabkan karena pada penderita bulimia, makanan yang
telah masuk ke dalam tubuh akan dikeluarkan kembali sebelum sempat dicerna oleh
tubuh. Akibatnya kebutuhan tubuh akan zat gizi tidak dapat terpenuhi dengan
baik. Keadaan status gizi penderita bulimia nervosa diukur dengan melakukan pengukuran antropometri seperti
pengukuran tinggi badan, berat badan, berat badan ideal, persentasi berat badan
ideal dan indeks massa tubuh (IMT). Dari penelitian yang dilakukan, diperoleh
bahwa terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara hasil pengukuran
antropometri penderita bulimia nervosa dengan orang normal. Rata-rata IMT
penderita bulimia masuk dalam kategori nilai normal, namun cenderung mendekati
batas minimal IMT normal.
Kebiasaan memuntahkan
atau mengeluarkan kembali makanan dari dalam tubuh pada penderita bulimia
nervosa dapat menyebabkan terjadinya kehilangan cairan tubuh, dehidrasi dan
gangguan keseimbangan elektrolit. Gangguan keseimbangan elektrolit disebabkan
karena kehilangan ion natrium, kalium dan klor dari dalam tubuh yang dapat
menimbulkan gangguan jantung.13
c.
Mekanisme Penurunan Sistem
Imunitas Tubuh pada Penderita Bulimia Nervosa
Seperti yang telah diketahui, pada penderita bulimia
nervosa, makanan yang telah dikonsumsi dikeluarkan kembali dengan beberapa cara
seperti dimuntahkan, menggunakan obat laxative maupun obat diuretic. Selain
itu, beberapa penderita bulimia nervosa juga sering menggunakan cara alami seperti
sengaja berpuasa dalam waktu lama maupun melakukan olahraga secara berlebihan
untuk menghilangkan rasa bersalah karena telah mengkonsumsi makanan dalam
jumlah banyak. Secara tidak langsung, semua usaha yang dilakukan oleh penderita
bulimia nervosa akan mempengaruhi jumlah asupan zat gizi yang diperlukan oleh
tubuh.
Kekurangan zat gizi akan mengganggu berbagai proses
metabolisme di dalam tubuh, mulai dari mengganggu fungsi kerja sistem organ,
hingga tingkat sel bahkan komponen genetik. Pengukuran status gizi pada
penderita bulimia dapat dilakukan melalui pengukuran antropometri. Salah satu
pengukuran antropometri yang baik untuk digunakan yaitu pengukuran indeks massa
tubuh (IMT).
Pada sebuah penelitian yang dilakukan terhadap
penderita bulimia nervosa dengan membedakan efek kategori IMT dan periode
muntah terhadap status gizi dan status imunitasnya, ditemukan bahwa pada penderita
bulimia nervosa yang memiliki nilai IMT normal, tidak ditemukan kejadian
malnutrisi, kecuali penderita bulimia yang memang memiliki berat badan rendah
(IMT <19 kg/m2). Nilai limfosit pada penderita bulimia nervosa
yang mengeluarkan makanan dengan cara muntah lebih rendah dibandingkan dengan
penderita bulimia yang mengeluarkan makanan tidak dengan muntah. Pada penderita
bulimia dengan IMT< 19 memiliki nilai CD57 sebesar 22% sedangkan pada
kelompok IMT normal (>19), nilai CD57 sebesar 55%. Penderita bulimia dengan
IMT<19 memiliki nilai CD4 yang lebih rendah dibandingkan dengan penderita
bulimia dengan IMT>19. Nilai limfosit dan neutrofil pada kelompok bulimia
nervosa dengan berat badan rendah juga lebih rendah dibandingkan dengan
kelompok bulimia nervosa dengan berat badan ideal. 2
Vitamin A, beta karoten, asam folat, vitamin B6,
vitamin B12, vitamin C, vitamin E, vitamin B2, zat besi, seng dan
selenium merupakan beberapa zat gizi yang berperan dalam pembentukan sistem
imun tubuh.16 Pada penderita bulimia nervosa, adanya defisiensi
beberapa zat gizi tersebut sangat mungkin terjadi. Hal ini disebabkan karena
pada penderita bulimia, makanan dikeluarkan kembali sebelum sempat dicerna oleh
tubuh. Akibatnya sel-sel pembentuk sistem imunitas tubuh akan kekurangan “bahan
baku”, dan pembentukan imunitas menjadi tidak optimal.
Menurunnya status imunitas pada penderita bulimia
nervosa menyebabkan penderita bulimia menjadi mudah terkena infeksi. Dalam
kondisi seperti ini, terjadi mekanisme yang cukup kompleks antara sitokin,
sistem hormon dan sistem saraf pusat dalam rangka beradaptasi terhadap kondisi
keterbatasan asupan gizi di dalam tubuh penderita bulimia, yang berakibat pada
keterbatasan melindungi tubuh dari gejala infeksi.
BAB IV
KESIMPULAN
Dari pembahasan yang telah dijelaskan sebelumnya,
dapat disimpulkan :
1.
Zat
gizi memiliki peranan penting dalam pembentukan sistem imunitas dalam tubuh
manusia. Beberapa jenis zat gizi yang berperan antara lain lemak, vitamin A,
beta karoten, asam folat, vitamin B6, vitamin B12,
vitamin C, vitamin E, vitamin B2, zat besi, seng dan selenium.
2.
Penderita
bulimia nervosa dapat dibagi menjadi 2 kategori, yaitu bulimia dengan berat
badan di bawah normal (IMT<19) dan berat badan normal (IMT>19). Tidak
ditemukan status malnutrisi pada penderita bulimia nervosa dengan IMT>19.
3.
Mekanisme
penurunan sistem imun tubuh pada penderita bulimia nervosa terjadi karena
kurangnya zat gizi yang masuk ke dalam tubuh akibat kebiasaan mengeluarkan
kembali makanan yang telah dikonsumsi sebelum dapat dicerna dan diabsorpsi oleh
tubuh. Hal ini akan mengurangi pasokan zat gizi yang dibutuhkan untuk
pembentukan sistem imun tubuh, akibatnya terjadi penurunan staus imunitas, di
antaranya mempengaruhi nilai limfosit, netrofil, CD 57, dan kegagalan fungsi
sitokin.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Fairburn,C,G.
dan A.J.Hill. 2005. Eating Disorder.
Dalam Human Nutrition 11th Edition. London
: Elsevier Churchill Livingstone, 509-512.
2.
Marcos
A, Pilar Varela, Olga Toro, et al. Evaluation
of Nutritional Status by Immunologic Assessment in Bulimia Nervosa: Influence
of Body Mass Index and Vomiting Episodes. Am J Clin Nutr 1997;66:491S-7S.
3.
Marcos A, Pilar Varela, Irene Santacruz, and
Asuncion Munoz-Velez. Evaluation of
Immunocompetence and Nutritional Status in Patients with Bulmia Nervosa. Am J Clin Nutr 1993;57:65-9.
4.
Baratawidjaja,Karnen Garna. 2006. Imunologi Dasar Edisi ke-7. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
5.
Miller
K. Nutrition and Immunity. Nutr Bull 1987;49:32-40.
6.
Dowd
PS, Heatley RV. The Influence of
Undernutrition on Immunity. Clin Sci 1984;66:241-8.
7.
Chandra
RK. 1988. Nutrition and Immunology. New York: Alan R Liss Inc.
8.
Worobey,J.
2006. Eating Disorder Syndromes: Anorexia
and Bulimia Nervosa. Dalam Nutrition and Behavior, A Multidisciplinary
Approach. India : CABI Publishing.
9.
Johnson
CL, Stuckey, MK Lewis, LD and Schwartz
DM. Bulimia : a descriptive survey of 316
cases. International Journal of Eating Disorders 2 1981:3-15.
10.
Booth
DA. 1994. Psychology of Nutrition.
London : Taylor and Francis.
11.
Greenfield,
D., Mickley, D., Quinlan, DM. and Roloff,P. Hypokalemia
in Outpatients with Eating Disorders. American Journal of Psychiatry
1995:152(1),60-63.
12.
McClaim,
CJ., Humphries, LL., Hill, KK and Nickl NJ. Gastrointestinal
and Nutritional Aspects of Eating Disorders. Journal of the American
College of Nutrition 1993:12(4).466-474.
13.
Hill,
K. and Pomeroy, C. Assessment of Physical
Status of Children and Adolescent with Eating Disorders and Obesity.
In:Thompson,J.K. and Smolak,L. (eds) Body Image, Eating Disorders, and Obesity
in Youth: Assessment, Prevention, and Treatment. American Psychological
Association 2001, Washington,DC pp.171-191.
14.
Hetherington,MM.
2000. Eating Disorders: diagnosis, etiology and prevention. Nutrition
16,547-551.
15.
Rodin,J. et al. Bulimia and taste: possible
interactions. Journal of Abnormal Psychology 99(1), 32-39.
16.
Grimble RF (1997): Effect
of antioxidative vitamins on immune function with clinical applications.
Int. J. Vit. Nutr. Res. 67,312–320.
and Chandra RK (2002): Nutrition and
the immune sistem from birth to old age. Eur. J. Clin. Nutr. 56,S73–S76.
Pada jurnal Changes in the immune sistem
are conditioned by nutrition. European Journal of Clinical Nutrition (2003)
57, Suppl 1, S66–S69.
17.
De Pablo MA & Alvarez de Cienfuegos G. Modulatory effects of dietary lipids on
immune sistem functions. Immunol. Cell. Biol 2000:78, 31–39.
18.
Victor VM & De la Fuente M. N-acetylcysteine
improves in vitro the function of macrophages from mice with endotoxininduced oxidative
stress. Free Rad. Res. 2000:36, 33–45.
19.
Suskind, RM. Malnutrition and the Immune Response.
20.
Marcos A, E Nova and A Montero. Changes in the immune sistem are conditioned by nutrition. European
Journal of Clinical Nutrition (2003) 57, Suppl 1, S66–S69.
izin ccopas gan
BalasHapus